Remaja
mana yang tidak mengenal rokok hari ini? Rata-rata remaja Indonesia mengkonsumsinya
setiap hari. Bisa kita lihat dalam kehidupan kita banyak remaja yang terlihat
merokok di sekitar kita. Entah itu di lingkungan rumah, atau di tempat umum
lainnya. Termasuk juga para pelajar dan mahasiswa. Mungkin dari kita pernah
suatu ketika melihat seorang pelajar SMP atau SMA pagi-pagi berangkat sekolah sambil
merokok. Atau mungkin ketika masuk jam istirahat dan saat pulang sekolah
nongkrong di jalanan. Pemandangan seperti itu sudah menjadi barang yang tidak
aneh lagi.
Sebagian
besar pecandu tembakau ini merasa sulit untuk berhenti, walaupun sebenarnya
mereka menginginkannya. Karena bagi yang sudah kecanduan akan menjadi sesuatu
yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup mereka. Apalagi bagi remaja, yang tentunya emosional mereka masih labil (tidak
menentu). Kala stress meningkat frekuensi konsumsi pun meningkat.
Namun
segala sesuatu yang sulit bukan berarti tidak bisa. Hanya saja ada proses yang
membutuhkan waktu untuk berubah. Bagi remaja tentunya ada cara yaang berbeda.
Dikarenakan keadaan emosionaal yang masih labil tadi. Berikut ini adalah
beberapa tips yang bisa kita simak sebagai upaya menangani masalah konsumsi rokok
pada remaja :
Pertama,
kurangi jumlah batang setiap harinya.
Sebagai contoh jika dalam sehari biasanya mengabiskan satu bungkus, maka cobalah
untuk mengurangi menjadi separuhnya. Hal ini untuk membiasakan diri agar lebih
bisa mengurangi lagi ke depannya sekaligus sebagai langkah awal. Karena adanya
asumsi berhenti dalam sekejap itu sulit.
Kedua,
mengisi waktu untuk hal
yang bermanfaat. Jika langkah pertama sudah bisa
diterapkan, maka ada tips selanjutnya dengan mengisi kekosongan waktu.
Seringnya merokok salah satunya diakibatkan oleh banyaknya waktu yang dilalui
percuma. Jika digunakan untuk hal yang berguna seperti berorganisasi, mengikuti
kajian, atau bahkan untuk hobi tentu akan jauh lebih bermanfaat. Selain agar
menambah wawasan, juga dimaksudkan untuk mengurangi kesempatan merokok.
Ketiga, kontrol
stres yang adaptif. Kita semua mengetahui bahwa usia belia
adalah usia dimana sedang mencari jati diri dan rentan sekali terhadap stres. Mekanisme
koping yang adaptif diperlukan untuk mengendalikannya. Salah satu contoh kontrol
stres yang efektif adalah meningkatkan religiusitas, seperti menunaikan sholat,
membaca Al-Qur’an dan peduli terhadap sesama.
Keempat,
ambil hikmah dalam setiap hal. Mungkin
sudah bosan dengan larangan “No Smoking Area” di sana-sini. Tapi jika kita mau memahami,
sesungguhnya ada makna yang besar, ada hikmah yang bisa kita petik. Karena
dengan begitu kita menjauhkan diri dari sifat boros dan melakukan sesuatu yang
tidak bermanfaat.
Jika ke-empat tips di atas diterapkan dengan
sungguh-sungguh, insyaaAllaah akan ada hasil yang bisa dilihat.
Blogger Comment
Facebook Comment