Deras Arus Sekularisme dan liberalisme

Sekularisme dan liberalisme yang begitu deras arusnya di zaman sekarang ini begitu dahsyat dampaknya bagi generasi Islam. Kedua isme ini begitu kuat mengubah pola pikir para remaja Islam. Sehingga banyak remaja terjerumus dalam juang kemaksiatan. Dan ternyata hanya bukan dari kalangan remaja. Ternyata juga pada kalangan orangtua yang seharusnya justru mendidik anak-anaknya agar berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah namun mereka malah membiarkan anak-anaknya bergulir bebas dalam pergaulan tanpa batas. Cara berpakaian yang sangat menonjolkan bentuk tubuh sudah dianggap biasa. Berboncengan dengan yang bukan mahram dibiarkan saja.

Kehidupan bebas yang sekarang ini menjadi pedoman para remaja. Bukan lagi Islam yang mereka jadikan jalan hidup. Akhirnya lahirlah generasi Islam yang mengenal agamanya hanya sekedar shalat, puasa, zakat, puasa dan haji. Itupun masih banyak yang tidak di laksanakan. Dan malah ada yang melaksankannya dengan cara yang tidak halal. Beribadah bukan lagi ikhlas karena Allah. Namun hanya ingin dilihat pacarnya di dunia, agar dipandang manusia, agar digelari ustadz atau ulama'. Maka tidaklah heran jika ada banyak intelektual yang katanya sudah mendalami Islam dan mereka yang bergelar mubaligh malah mengecam tawhid wal jihad.

Para remaja saat ini sudah di mina bobokkan oleh propagand orang-orang kafir lewat dunia hiburan mereka. Setiap kali mereka melihat acara panggung musik mereka histeris seraya takjub dengan artis yang sedang menyanyi. Dan ketika ada tim densus 88 berhasil membunuh para mujahid mereka serentak bersorak dengan kematian mereka. Ironis sekali, padahal yang mereka jadikan idola itu jelas adalah prang-orang kafir yang akan menyesatkan jalan mereka sendiri. Namun malah dengan loyalnya mereka kagumi. Dan yang mereka cela, mereka olok-olok adalah para pejuang Islam yang berusaha menegakkan Islam.

Serba terbalik. Generasi yang kini menginjak bumi ini seolah tidak memihak kepada Islam. Mereka lebih senang menanti-nanti kedatangan lagu-lagu baru buatan band favorit mereka. Padahal jelas-jelas musik mutlak haram. Sedangkan di handphone mereka tidak ada ayat-ayat Al-Qur'an. Menyimpan file mp3 di handphonenya saja tidak. Apa lagi mendengarkan? Mereka lebih merasa tenang dengan suara merdu penyanyi idola mereka. Dari pada mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang jelas-jelas berpahala jika kita mendengarkan.

Dan saat ini susah dibedakan mana yang muslim mana yang kafir. Seorang yang katanya muslim tapi penampilannya seperti orang kafir. Enggan menunjukkan identitas muslim mereka. Malah terkadang malu jika aura muslim atau muslimahnya terlihat orang lain. Lebih suka bergaul dengan orang-orang yang ahli dalam tren kekinian. Selalu update dalam tren yang sedang menjamur di kalangan artis-artis pujaan mereka, panutan mereka. Apa saja yang dipakai temannya jika sampai menyelisihi yang ia pakai, maka ia akan langsung mencari yang lain yang lebih nge-tren. Mereka gencar berlomba-lomba dalam hal duniawi. Menonjolkan harta bendanya. Tapi buta terhadap Islam. Enggan bergaul dengan orang-orang shaleh.

Kebebasan berperilaku dalam kehidupan tanpa ada penghalang. Padahal Islam sudah mempunyai garis tegas yang tidak boleh di lewati. Namun dengan enaknya di langgar begitu saja. Tanpa memikirkan terlebih dahulu dampaknya. Ya mungkin mereka tidak tahu atau memang enggan untuk mencari tahu. Asal senang mereka lakukan. Dan jika ada yang membuat mereka merasa tidak menyenangkan, maka akan langsung mereka delete. Sama seperti ketika mereka di nasehati oleh orang lain agar tidak melakukan suatu maksiat. Maka mereka akan langsung menuduh yang menasehati dengan perkataan "sok alim". Jika orang sudah berkarakter seperti ini, maka hidayah dari Allaah akan susah menghampiri. Padahal jelas hidayah itu tidak sampai ke semua orang.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment