A. DEFINISI
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar – dasar Ilmu Keperawatan, mengartikan ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak selalu menyebabkan terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan penyebab utama terjadinya ulkus decubitus.
B. PERUBAHAN PATOLOGIK
Perubahan patologis di tempat ulkus decubitus disebabkan karena terlipatnya pembuluh darah, terutama pembuluh darah arteri dan kapiler di daerah yang terkena ulkus decubitus. Jika aliran darah terhambat, maka sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil metabolisme tertumpuk sehingga sulit diangkut. Akhirnya sel mati, kulit pecah dan terjadilah lubang yang dangkal dan luka.Tanda pertama yang menunjukkan terjadinya ulkus decubitus adalah daerah kulit yang tertekan menjadi putih dan pucat dan bukan berwarna merah muda sebagaimana kulit yang sehat.
Kekurangan darah disuatu bagian tubuh karena aliran darah yang kurang baik disebut iskemik. Jika tekanan itu dikurang, maka iskemik segera diikuti oleh hyperemia, yaitu mengalirnya darah dalam jumlah banyak di daerah tersebut.daerah itu kemudian kelihatan merah dan terasa hangat karena terjadi hyperemia yang merupakan mekanisme untuk mengimbangi. Dapat dikatakan bahwa darah membanjiri daerah itu untuk memberi zat makanan dan menyingkirkan sampah hasil metabolisme.
Gejala ini disebut reactive hyperemia. Tekanan berat yang bergeser ke arah yang berlawanan sering kali merupakan penyebab ulkus decubitus. Tekanan berat itu terjadi apabila lapisan jaringan tertindih satu sama lain. Pembuluh darah yang kecil dan pembuluh darah kapiler jadi meregang dan bisa pecah, sehingga mengakibatkan sedikitnya aliran darah dalam jaringan sel di bawah kulit. Akhirnya tampak sobekan kecil dalam kulit yang menyebabkan matinya jaringan dibawahnya.
C. DERAJAT ULKUS DECUBITUS
1. Derajat I : iskemik, hyperemia yang kembali walaupun tahanan dilepas, indurasi tidak ada.
2. Derajat II : kemerahan menetap, ada oedema, terdapat indurasi, lepuh (blister), terjadi erosi.
3. Derajat III : ada lesi terbuka dan lubang sampai jaringan subkutan, fasia terlihat di dasar ulkus.
4. Derajat IV : nekrosis meluas melewati fasiadan dapat mencapai tulang. Bisa terjadi periostitis, osteotitis, osteomielitis. ( Carpenito , L.J ,1998 )
D. TEMPAT TERJADINYA ULKUS DECUBITUS
Menurut M. Bouwhuizen ( 1986 ) dalam Ilmu Keperawatan menyebutkan tempat- tempat yang sering terancam bahaya ulkus decubitus adalah :
1. Pada penderita pada posisi terlentang : pada daerah belakang kepala, daerah tulang belikat, daerah bokong dan tumit.
2. Pada penderita dengan posisi miring: daerah pnggir kepala( terutama daun telinga ), bahu, siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian atas jari- jari kaki.
3. Pada penderita dengan posisi tengkurap : dahi, lengan atas, tulang iga, lutut.
E. FAKTOR- FAKTOR YANG MENYEBABKAN ULKUS DECUBITUS
Lynda Juall Capernito (1998:749) dalam Diagnosa Keperawatan menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya ulkus decubitus / kerusakan integritas kulit, yaitu:
1. Faktor Umum:
a. Tekanan : menekan dengan kekuatan kebawah area yang diberikan
b. Robekan : kerusakan paralel, vertikal, horizontal maupun longitudinal dimana satu lapis jaringan bergerak kearah yang berlawanan.
c. Maserasi : mekanisme dimana jaringan menjadi lunak karena basah terlalu lama atau terendam, sehingga epidermis mudah erosi
d. Friksi : proses fisiologis. Jika kulit tegosok melawan linen/ sprei, epidermis dapat gundul dengan abrasio
2. Faktor Pediatrik
a. Bayi baru lahir umumnya menunjukkan variasi kulit yang normal
b. Beberapa kondisi kulit yang umum yang mengenaianak- anak pada kelompok usia spesifik (atopik, seboroik dan dermatitis)
c. Bayi dan anak yang mempunyai epidermis tipis.
3. Faktor Gerontologi
a. Elastin yang memberikan fleksibilitas pada kulit menurun seiring pertambahan usia.
b. Kekuatan kulit menurun, berhubungan dengan hilangnya kolagen dari dermis.
c. Beberapa lansia menunjukkan kulit yang mengkilap, kendur, tipis.
d. Lemak subkutan berkurang sesuai dengan penuaan.
e. Kondisi yang mengarah pada malnutrisi yang biasa terjadi pada lansia.
f. Kondisi kesehatan lansia yang dapat menyebabkan immobilisasi.
4. Faktor Transkultural
a. Makin gelap kulit seseorang makin sulit untuk mengkaji perubahan warna kulit. Data dasar warna kulit harus dikaji pada area yang kurang pigmentasinya, misal: telapak tangan, telapak kaki, perut, dan bokong (fuller & schaller, agers 1990 dalam capernito, 1998)
b. Semua warna kulit mempunyai tonus merah yang mendasarinya. Pucat dapat dikaji pada membran mukosa, bibir, kuku, konjungtiva, dan kelopak mata bawah(boyle & andrew dalam capernito, 1998)
c. Untuk mengkaji ruam dan inflamasi pada kulit hitam, perawat harus peka pada saat palpasi untuk kehangatan dan indurasi.
F. ETIOLOGI
1. Tekanan yang berlebihan atau lama, dapat menekan pembuluh darah, menyebabkan iskemia, inflamasi dan nekrosis jaringan.
2. Pergeseran terjadi karena adanya gesekan dengan permukaan kulit atau jaringan epitel. (Smeltzer, 2001 )
G. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Primer, luka insisi pembedahan dan laserasi kecil yang dijahit, sembuh secara primer (luka lebih cepat sembuh dan jaringan paret yang terbentuk sedikit)
2. Sekunder, jumlah jaringan yang hilanglebih banyak,eksudat radang dan nekrotik debris yang perlu disingkirkan lebih banyak, pembentukan jaringan granulasi lebih banyak.
3. Tersier, terjadi bila didpatkan rentang waktu yang cukup lama(>6 jam) antara terjadinya luka dengan waktu penjahitan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan luka decubitus
2. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang mati.
3. Terapi obat :
a. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
b. Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
4. Terapi diet Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
Blogger Comment
Facebook Comment