Konsep Sehat Dan Sakit Berdasarkan Budaya

Kesehatan sosial
Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat, sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyakarat, yang memungkinkannya bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya.
Sehat secara sosial dinyatakan sebagai kondisi pada seseorang yang memungkinkan ia menunaikan tugas perikehidupannya di tengah-tengah masyarakat, tanpa merasa cemas dalam memelihara dan memajukan dirinya sendiri maupun keluarganya sehari-hari.

Kesehatan Jiwa
Pasal 1 UU No.3 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa: Kesehatan jiwa (mental Health) menurut paham ilmu Kedokteran pada waktu sekarang adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkemabngan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain. Gangguan jiwa, merupakan sesuatu corak yang khusus bersifat manusiawi, yaitu berupa kegagalan individu dalam menjadikan hubungan antar manusia yang memuaskan dan menguntungkan baik bagi individu sendiri maupun lingkungannya.

Konsep Sakit Di Masyarakat

•    Sakit bila tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari.
•    Sakit, bila fisik terasa tidak nyaman dan benar-benar sakit.
•    Sakit, bila psikis merasa ada gangguan
•    Sakit, bila terdapat ketidak-seimbangan antara fisik dengan psikis sehingga tidak mampu mengendalikan aktivitas. Subjektivitas masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial, dan budaya.

Konsep Sehat Di Masyarakat

•    Merasa sehat bila tidak ada gangguan fisik.
•    Merasa sehat walaupun ada gangguan fisik, tetapi masih mampu beraktivitas.
•    Merasa sehat walaupun ada gangguan psikis tetapi masih mampu beraktivitas.
•    Merasa sehat melakukan aktivitas dengan anggota fisik yang tidak lengkap. Subjektivitas masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial, dan budaya.

Peran Sakit (Parsons, 1951)
1. Orang sakit dibebaskan dari peran-an sosial normal.
2. Orang sakit tidak bertanggung- jawab terhadap kondisi sakitnya.
3. Orang sakit ingin melepaskan diri dari sakitnya, ingin segera sembuh.
4. Orang sakit seharusnya mencari pertolongan petugas kesehatan dan dokter.

Faktor-faktor lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam peran sakit adalah:
•    Labelling (Howard Becker, 1973)
•    Stigma (Segall, 1967)
•    Denial (Baumana, 1961; Cockerhan, 1989)

Tahap Individu Merespon Sakitnya (Mechanic, 1978)

1. Adanya gejala yang menyimpang atau gangguan yang dirasakan.
2. Seberapa jauh gangguan penyakit dipandang serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
3. Seberapa jauh gangguan penyakit menimbulkan gangguan terhadap keluarga, pekerjaan dan sosial.
4.  Frekuensi terjadinya gejala.
5. Batas toleransi individu terhadap gangguan penyakit.
6. Informasi, pengetahuan dan budaya tentang penyakit.
7. Ada kebutuhan pokok yang lebih utama dipenuhi dengan mengabaikan terlebih dahulu gangguan penyakitnya.
8. Adanya kebutuhan untuk bertindak menghadapi gangguan penyakitnya.
9.  Adanya  kompetisi  terhadap  kemungkinan yang timbul setelah gangguan penyakit diketahui.
10.Tersedianya sarana pengobatan dan biaya (jarak, waktu, uang, tenaga, akibat kecacatan, diasingkan, dihina).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu Mencari Pertolongan

1. Sosio-demografi, meliputi: umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, pendidikan, budaya.
2. Interaksi sosial, meliputi: jumlah teman dekat, pengalaman dengan pelayanan kesehatan dan pengalaman konseling dengan pelayanan kesehatan     mental.
3. Faktor internal, meliputi: pengendalian diri, kemampuan membuka diri, keyakinan dan kepercayaan, dan otoriter.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment